Kesusastraan Abad Pertengahan
Sejarah:
Selama 400 tahun:
jaman Kamakura
dan Muromachi
Minamoto no Yoritomo—Kamakura Bakufu—menjadi Seitai Shogun
(Jendral Tertinggi)
Perang Sekigahara
(antara Klan Toyotami Hideyoshi) dan Tokugawa Ieyasu—yang menang klan
Tokugawa Ieyasu.
Kesusastraan:
--Jaman Shinkakuha (Perpaduan antara yang lama dan yang
baru)
1. Adanya kekuatan golongan bangsawan melemah, kesusastraan
Bangsawan mulai menghilang
perlahan-lahan
2. Kebudayaan dan pikiran golongan Samurai, juga mempengaruhi
kesusastraan.
3. Aliran dalam Agama Budha, yaitu Jodoshu, Nichirenshu,
Zenshu berjaya pada masa itu, juga mempengaruhi kesusastraan. Pada masa itu,
banyak rakyat biasa yang berminat menjadi pendeta, mereka menyepi ke gunung,
lalu mulai membikin esei.
Dapat dikatakan Kesusastraan di jaman pertengahan adalah
campuran dari tiga pengaruh seperti disebut diatas.
Kesusastraan pada akhir jaman pertengahan:
Jaman ini berlangsung selama 270 tahun, termasuk di dalamnya
jaman Nanbokucho, Muromachi dan Azuchi Momoyama. Selama 70 tahun mulai dari
jaman Nanbokucho terjadi kerusuhan. Rakyat melawan kalangan istana, kalangan
bangsawan kehilangan kekuasaannya, dan gol. Samurai makin memperoleh kekuasaan
da berhasil membentuk kebudayaan yang mutunya dapat disejajarkan dengan
kebudayaan yang ada sebelumnya.
Kesusastraan berkembang Karena kerjasama antara seniman dan
samurai, juga bangsawan dan rakyat. Seni dan kesusastraan rakyat yang
sebelumnya kurang mendapat tempat terhormat, saat itu berkembang dengan
pesatnya.
Pada akhir jaman ini, banyak pendeta Katholik aliran Jesuit
datang ke Jepang. Sambil menyebarkan agama, mereka memperkenalkan juga budaya
barat. Pendeta itu juga menerjemahkan karya kesusastraan yang kebanyakan
ditulis dalam bahasa tulisan ke dalam bahasa lisan.
Pada jaman pertengahan, rakyat sangat menderita karena
perang yang terus-menerus, kota
terbakar, pusaka kebud.kuno musnah. Namun dibalik semua keadaan yang suram ini
muncul kesusastraan baru seperti Kyogen (lelucon dalam drama Noo) dan Otogizooshi.
Jaman ini disebut jaman yang menjembatani jaman purba menuju
jaman moderen.
Jenis sastra dan penulis utama dalam jaman pertengahan:
Kelompok Sastra Judul Buku Nama
Pengarang
Pantun waka
Shinkokinshu Fujiwara
Teika
Pantun Renga Tsukubashuu Nijoo
Yoshimoto
Kanshibun Gozan
Bungaku
Kayoo
Enkyoku
Wasan
Kouta
Monogatari Matsura no
Miya monogatari
Sumiyoshi Monogatari
Mumyoo Zooshi
Rekishi Monogatari Mizukagami
Masukagami
Shiron
Gukanshoo
Gunki Monogatari Heiji Monogatari
Heike Monogatari
Setsuwa Ujishui
Monogatari
Otogizooshi Bunshoo Zooshi
Zuihitsu Hoojoki
Tsurezure Gusa
Nikki
Towazugatari
Kikoo Tookan kikoo
Hoogo
Shinran
Nichiren
Doogen
Shinkokinshu
Kumpulan pantun waka, terdiri dari 20 jilid, dan terdiri
dari 2000 buah pantun yang ditulis dengan huruf kana dan kanji. Penyair
Shinkokinshuu ini terutama terdiri dari penyair kenamaan seperti Saigyoo,
Fujiwara no Yoshitsune, Fujiwara no Ietaka, Fujiwara Teika, Kaisar Gotoba.
- Fujiwara Teika
Haru no yo no Satu pagi
musim semi
Yume no ukihashi Ketika aku
menengadah ke langit
Todae shite Setelah
terbangun dari mimpi hampa
Mine ni wakaruru Gumpalan awan
memanjang
Yokogumo no sora Menjauhi gunung
tenang melayang
- Fujiwara Ietaka
Ikusato ka Angin
musim semi
Tsuki no hikari mo Bertiup membawa keharuman
Niou ramu Bunga
ume di lereng gunung
Ume
saku yama no Dan
menyebar ke desa- desa
Mine no haru kaze Nan
bermandikan cahaya bulan
- Minamoto no Sanetomo
Ooumi no Ombak
besar yang menerpa
Iso no todoro ni Batu karang di
pinggir pantai
Yosuru nami Remuk redam
berkeping-keping
Warete kudakete Dan menjadi buih
putih
Sakete chirukamo Lenyap menghilang
entah ke mana
Pantun
Renga menjadi popular
Mula-mula pantun renga terdiri dari
dua bait, yaitu bait pertama (5.7.5) yang dibacakan oleh satu orang dan bait
kedua (7.7) dibacakan oleh orang lain sebagai jawaban atas bait pertama.
Pada jaman Heian sebenarnya sudah
ada renga pendek, tetapi renga panjang barulah dibuat setelah memasuki jaman Kamakura.
Renga yang mulanya berasal dari
pantun waka yang dicoba membuatnya sambil bermain-main, malah akhirnya
berkembang sampai mengalahkan kepopuleran pantun waka.
Pengarang Renga:
1.
Soogi
Orang yang membawa renga mencapai
masa keemasannya. Soogi adalah seorang sastrawan pengembara, yang mengadakan
perjalanan keliling untuk memuja dan menikmati keindahan lama dan untuk
menyebarkan kesusastraan.
Contoh Renga berjudul Minase Sangin
Hyakuin yang dibawakan Soogi:
Yuki nagara
Yamamoto kasumu
Yuube kana
Di puncak gunung, masih terlihat
ada salju,
Tetapi di kaki gunung secara
samara-samar sudah terlihat datangnya musim semi.
Naku mushi no
Kokoro tomo naku
Kusa karete
Tanpa menghiraukan jeritan serangga
Rumput pun mengering
Satu demi satu
Haikai no renga
Renga sebenarnya merupakan suatu permainan kata-kata berbentuk
pantun yang berasal dari Waka. Tahap permulaan cara membuatnya masih bersifat
bebas dan di dalamnya terdapat unsure kelucuan dan kecerdasan, tetapi
lama-kelamaan berkembang menjadi salah satu jenis kesusastraan yang
sunguh-sungguh, dan cara pembuatannya sudah membutuhkan beberapa peraturan atau
syarat antara lain dalam bentuk dan pemilihan kosa kata., sehingga sifat
kebebasannya menjadi hilang. Pada masa ini, para penggemar renga mulai
mengadakan pertemuan untuk membacakan renga.
Tokoh yang dianggap sebagai pelopor haikai yaitu Arakida
Moritake.
Monogatari
Karya pada masa ini Sumiyoshi Monogatari (Hikayat
Sumiyoshi), Matsurano miya monogatari,dll.
Rekishi Monogatari
Mizukagami, ditulis untuk
melengkapi cerita sejarah berjudul Ookagami dan Imakagami
Mizukagami: cerita sejak Jinmu
Tenno sampai Nimyoo Tenno
Masukagami: kejadian sejak
lahirnya Gotoba Tenno sampai kembalinya Godaigo Tenno.
Shiron (Argumentasi Sejarah)
Buku Gukanshoo(Berisikan
argumentasi Sejarah). Gukanshoo adalah karya seorang penyair bernama Jien,
mengisahkan bagia-bagian penting dalam sejarah mulai dari Jinmu Tenno sampai
Juntaku Tenno.Dalam Gukanshoo kita diajak memperhatikan pergerakan jaman dan
membandingkannya dengan keadaan jaman yang sedang berlangsung.
Gunki Monogatari (Cerita Peperangan)
Beberapa cerita yang termasuk
dalam Gunki Monogatari a.l:
- Hoogen Monogatari (Hikayat Hogen), anonym
Menggambarkan pemberontakan Hoogen
(1156)
Tokoh: Minamoto no Tametomo
- Heiji Monogatari, anonym
Menggambarkan pemberontakan Heiji
(1159), permulaan sejarah politik samurai, menggambarkan keruntuhan kaum
bangsawan dan bangunnya kekuatan kaum samurai.
Tokoh:Akugenda Yoshihira
- Heike Monogatari
Menceritakan
tentang berdiri dan runtuhnya keluarga Heike
Tokoh: Taira no Kiyomori dan
anaknya Shigemori. Disini digambarkan kesetiaan Shigemori terhadap ayahnya, dan
juga pergerakan pendeta bangsawan dan samurai yang tidak senang kepada keluarga
Heike. Cerita yang terdapat dalam Heike Monogatari menggambarkan romantika
kehidupan kaum bangsawan, kepahlawanan kaum samurai dan juga kehidupan rakyat
biasa, yang dihiasi berbagai aspek spt. Cinta, kekuasaan dan seni.
Otogizooshi (sejenis dongeng)
Dongeng jaman ini banyak mendapat pengaruh dari
ceritera-ceritera perang, dll
- Chigo monogatari (menggambarkan tentang pendeta)
- Bunshozooshi, Issunbooshi, Hachikazuku (dari dongeng rakyat)
Zuihitsu dan Nikki
Essei dan catatan harian pada jaman Heian kebanyakan di
tulis kaum wanita, tetapi pada jaman pertengahan ditulis oleh pertapa, yang
umunya para pria.
Contoh:
Hoojoki (Kamo no Chomei), keturunan pendeta agama Shinto.
Hoojoki essei yang ditulis sastrawan tua yang matang dalam agama Budha
Tsurezuregusa, essei yang muncul pada jaman Kamakura,
ditulis oleh Yoshida Kenko, dengan didasari ajaran agama Budha dalam buku ini diterangkan
bagaimana caranya menghadapi dan mengatasi kehidupan sehari-hari yang penuh
liku-liku dan persoalan yang betul-betul dialami setiap orang.
Nikki
- Kenshumonin Chuunagon Nikki (Fujiwara Shunzen no Musume)
- Naishi Nikki (Benno Naishi)
Kikoo
Tookankikoo, Tsukushi no Michi no ki karya Soogi.
Hoogo
Esei tentang agama Budha yang ditulis dengan katakana.
Pendeta jaman Kamakura
yang berasal dari tiap aliran agama pada umumnya menulis esei yang mengandung
ajaran agama Budha. Ini dimaksudkan untuk memberikan penerangan ajaran agama
Budha secara sederhana kpd masy agar mudah dipahami.
No comments:
Post a Comment